Rabu, 25 Mei 2011

Blok - Blok TV warna (untuk Mata Pelajaran TSE & RTV)

1.   DIAGRAM BLOK PENERIMA TV


 










Gambar 1. Diagram Blok Penerima TV Hitam Putih




 

Gambar 2. Diagram Blok Penerima TV Berwarna
Sebelum kita mempelajari prinsip kerja penerima TV, ada baiknya mengetahui sedikit tentang perjalanan objek gambar yang biasa kita lihat dilayar TV. Gambar yang kita lihat adalah hasil produksi dari sebuah kamera. Objek gambar yang ditangkap lensa kamera akan dipisahkan menjadi 3 warna primer yaitu merah (Red), hijau (Green) dan biru (Blue). Hasil tersebut akan dipancarkan oleh pemancar TV(Transmitter) berupa sinyal cromynance, sinyal luminance dan syncronisasi.

Selain gambar, pemancar televisi juga membawa sinyal suara yang ditransmisikan bersama sinyal gambar. Gambar dipancarkan dengan system amplitudo modulasi (AM), sedangkan suara dengan system frekuensi modulasi (FM). Kedua system ini digunakan untuk menghindari derau (noise) dan interferensi.





















Gambar 3. Distribusi Objek Ke Televisi


2.   SALURAN DAN STANDAR PEMANCAR TV
Kelompok frekuensi yang ditetapkan untuk transmisi sinyal disebut saluran (channel). Masing-masing mempunyai sebuah saluran 6 MHz dalam salah satu bidang frekuensi (band) yang dialokasikan untuk penyiaran TV komersial yaitu:
a)    VHF bidang frekuensi rendah saluran 2 sampai 6 (54 – 88 MHz).
b)   VHF bidang frekuensi tinggi saluran 7 sampai 13 (174 – 216 MHz).
c)    UHF saluran 14 sampai 83 (470 – 890 MHz)

Ada 3 sistem pemancar TV  yaitu sebagai berikut:
a)            National Television System Committee (NTSC) digunakan USA
b)           Phases Alternating Line (PAL) digunakan Inggris
c)            Sequential Couleur a’Memorie (SECAM) digunakan Prancis

Sedangkan Indonesia sendiri menggunakan system PAL B. Hal yang membedakan system tersebut adalah format gambar, jarak frekuensi pembawa gambar dan pembawa suara.

3.   PRINSIP KERJA PENERIMA TV





                                     
Gambar 4. Blok Rangkaian TV
Model dan jenisnya blok rangkaian TV bermacam-macam, tergantung pada merek TV yang digunakan.
Secara garis besar blok tersebut memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
a)   Antena Televisi
Antena TV menangkap sinyal-sinyal RF dari pemancar televisi. Antena diklasifikasikan berdasarkan konstruksinya ada 3 yaitu:
1)   Antena Yagi
2)   Antena Perioda Logaritmis
3)   Antena Lup

Klasifikasi lain berdasarkan jalur frekuensi gelombang yang diterima adalah:
1)   Kanal VHF Rendah
2)   Kanal VHF Tinggi
3)   Kanal UHF











         
              






                 b)   Rangkaian Penala (Tuner)
Rangkaian ini terdiri dari penguat frekuensi tinggi (penguat HF), pencampur (Mixer) dan osilator local. Rangkaian penala berfungsi untuk menerima sinyal TV yang masuk dan mengubahnya menjadi sinyal frekuensi IF.
 
                                                                          


 gambar tuner TV


 c)   Rangkaian Penguat IF (Intermediate Frequency)
Rangkaian ini berfungsi sebagai penguat sinyal hingga 1000 kali. Sinyal ouput yang dihasilkan penala (Tuner) merupakan sinyal yang lemah dan sangat tergantung pada jarak pemancar, posisi penerima dan bentangan alam. Lingkaran merah menunjukkan rangkaian IF yang sebagian berada didalam tuner.
                  



Gambar 9. Penguat IF

d)   Rangkaian Detektor Video
Berfungsi sebagai pendeteksi sinyal video komposit yang keluar dari penguat IF gambar. Selain itu juga berfungsi untuk meredam sinyal suara yang akan mengakibatkan buruknya kualitas gambar

e)   Rangkaian Penguat Video
Rangkaian ini berfungsi sebagai penguat sinyal luminan yangberasal dari detector video sehingga dapat menjalankan tabung gambar atau CRT (Catode Ray Tube)

f)    Rangkaian AGC (Automatic Gain Control)
Rangkaian AGC berfungsi menstabilkan sendiri input sinyal televisi yang berubah-ubah sehingga output yang dihasilkan menjadi konstan. Lingkaran merah menunjukkan komponen AGC yang berada didalam sebagian IC dan sebagian tuner










Gambar 10. Rangkaian AGC

g)   Rangkaian Penstabil  Penerima  Gelombang TV.
Rangkaian penstabil penerima gelombang  TV diantaranya adalah AGC dan AFT. Automatic Fine Tuning berfungsi mengatur frekuensi pembawa gambar dari penguat IF secara otomatis

h)   Rangkaian Defleksi Sinkronisasi
Rangkaian ini terdiri dari empat blok yaitu: rangkaian sinkronisasi, rangkaian defleksi vertical, rangkaian defleksi horizontal dan rangkaian pembangkit tegangan tinggi.


           Gambar 11. Rangkaian Defleksi Vertical







                     Gambar 12. Rangkaian Defleksi Horizontal

i)    Rangkaian Suara
Suara yang kita dengar adalah hasil kerja dari rangkaian ini, sinyal pembawa IF suara akan dideteksi oleh modulator frekuensi (FM). Sebelumnya, sinyal ini dipisahkan dari sinyal pembawa gambar






        
Gambar 13. Rangkaian Suara (audio)

j)    Rangkaian Catu Daya (Power Supply)
Berfungsi untuk mengubah arus AC menjadi DC yang selanjutnya didistribusikan ke seluruh rangkaian.
Pada gambar, rangkaian catu daya dibatasi oleh garis putih dan kotak merah. Daerah di dalam garis putih adalah rangkaian input yang merupakan daerah tegangan tinggi (Live Area). Sementara itu, daerah dalam kotak merah adalah output catu daya yang selanjutnya mendistribusikan tegangan DC ke seluruh rangkaian TV
Power Supply AC matic 


untuk yang troubleshooting nanti saya tambahin lagi.......bersambung

















































Gambar 14.Rangkaian Catu Daya
Gambar 15. Skema Rangkaian Catu Daya

k)   Penguat Krominan 
Penguat ini menguatkan frekuensi 4,43 MHz untuk sinyal krominan yang termodulasi dalam sinyal V (sinyal R-Y) dan sinyal U (sinyal B-Y). Lebar jalur penguat 2 MHz


l)    Sinkronisasi Warna
Didalam rangkaian sincronisasi warna, sinyal burst sinkronisasi warna dikeluarkan dari sinyal video warna komposit

m) Automatic Color Control (ACC)
Jika amplitudo sinyal ledakan naik, maka ACC mengeluarkan suatu tegangan kemudi yang memperkecil penguatan didalam bagian warna
n)   Color Killer (Pemati Warna)
Rangkaian ini berguna untuk menindas penguat warna, apabila sedang tak ada sinyal krominan masuk. Ini terjadi pada waktu penerimaan sinyal hitam-putih
                            
o)   Rangkaian Switching Fasa 180  (Pembelah Warna)
Dari penguat krominan, sinyal diumpankan ke colour. Splitter (pembelah warna). Pembelah warna ini memisahkan sinyal yang termodulasi dengan sinyal V dari sinyal  yang termodulasi dengan sinyal U. Pembelah warna terdiri dari saklar PAL dan beberapa resistor. Pada akhir setiap garis, selama ditariknya garis PAL maka sinyal V diputar 180  . Sinyal U tidak mengalami putaran fasa

p)   Demodulasi Warna
Dengan mempergunakan demodulator warna, maka sinyal-sinyal perbedaan warna di demodulasikan dari sinyal U dan V. Karena pada pemancar, sinyal-sinyal itu dimodulasikan dengan system pembawa suppressed/dihilangkan dan hanya kedua sub pembawa jalur samping (side band sub carier) yang ada. Agar dapat mendemodulasikannya menjadi sinyal pembawa warna yang asli kembali, maka diperlukan sub pembawa 4,43 MHz dengan fasa dan frekuensi yang tepat sama seperti pada pemancar

Sabtu, 21 Mei 2011

LANGKAH LANGKAH AMAN TES POWER SUPPLY TV


Memperbaiki rangkaian/
bagian ac-matic/smps
peralatan electronic memang
gampang2 susah. Dengan
jurus reboisasi ala dinas
kehutanan atau jurus tes
komponen satu-persatu
dengan njelimetnya.

Setelah
semua komponen terpasang
dan masih kinclong2 tiba
saatnya untuk mengetes/
mencoba. Dag-dig-dug,
jantung berdebar-debar, bisa
nggak ya.... atau malah
kebakaran....???

Itulah dulu (sekarang kadang
juga masih kok). Biar aman
dan nggak was-was, beberapa
rekan menyarankan untuk
menggunakan tegangan 110V.
Cara ini oke juga, sudah
mengurangi rasa was-was.
Manjur untuk ac-matic tipe
tertentu tetapi ada beberapa
jenis skema SMPS ketika
dicoba dengan 110V bisa
beroperasi dengan baik, tapi
ketika dicoba dengan 220V
langsung kebakaraaaan!!!,
wah-wah kalo begini terus bisa
tekor nih...

Setelah tanya sana-sini dan
baca-baca artikel tentang
cara aman mengetes power
supply ditemukan cara yang
lebih aman, yaitu dengan jurus
lampu pijar 220V/60watt.
Alhamdulillah cara ini yang
paling amaaan hingga
sekarang. Cara ini saya
dapatkan dari hasil membaca
buku ARRL.

Caranya pasang lampu pijar
secara seri terhadap
rangkaian yang mau dites.
skema jelasnya begini:

---------(LAMPU)----------
AC IN 220 SMPS yang dites
----------------------------

Sebelum mencoba smps,
beban pada smps dilepas dulu
(kalo pada TV, beban untuk B
+ ), Ketika dicolokkan ke
listrik, amati nyala lampu:
-- Pertama-tama lampu akan
berpijar terang +- 1 deti'an
(karena mengisi elko)
kemudian menyala redup
(atau bahkan tidak menyala
sama sekali). jika smps yang
dites beroperasi dengan baik
--> tegangan sekunder muncul
(lanjutkan dengan mengetes
semua tegangan keluaran).
Biarkan menyala kira2 1-5
menit, jika tidak ada
perubahan terhadap nyala
lampu berarti smps dirasa
sudah siap dioperasikan tanpa
lampu. Jika tidak ada
tegangan keluaran sama
sekali, berarti ada trobel
dibagian startup (tv sharp
R560K, tv digitec jadul R120K-
an).

-- Jika lampu menyala terang
terus (kaya slogannya philips),
berarti ada yang konslet di
rangkaian smps atau
komponen aktif smps dalam
keadaan ON/switched terus
>> tidak ada output. cek lagi
komponen/rangkaiannya.
Jangan lama2 mengetesnya
tujuannya agar tidak sempat
merusakkan komponen aktif
smps (TR, FET dll), kalo
kelamaan, resiko ditanggung
penumpang.

Ooo iya... ketika masih ada
lampu yang terpasang, smps
JANGAN diberi beban, nyala
lampu akan menyesuaikan
jumlah beban, semakin terang
semakin besar bebannya.
Karena lampu bersifat resistif,
nilainya meningkat sesuai
dengan bebannya, dapat
menyebabkan tegangan yang
masuk ke smps menjadi turun
hingga dibawah 125V dan
kejadian ini bisa fatal jika
smps yang dicoba tidak
mampu bekerja pada
tegangan input sebesar itu!!!

Untuk mengatasi problem tv
yang ketika dinyalakan
pertama kali, spedometer
listrik langsung njegleg
dengan cara dipasangi R 20
watt dengan nilai sekitar 20
ohm-an dan disambung secara
seri pada input listriknya
(pada TV goldstar R39
ohm/7W). Ternyata cara ini
merupakan pengembangan
dari metode lampu tersebut.

SISTEM POWER SUPPLY AC MATIC TRANSISTOR

BAGIAN 2 CARA KERJA SMPS
DENGAN TRANSISTOR

Jika Anda belum memahami
blok-blok dalam rangkaian
smps, sebaiknya baca dulu
bagian 1 artikel SMPS ini.
Rangkaian smps yang diulas
adalah rangkaian smps
kepunyaan tv merk digitec/
polytron jadul yang smps
bentuk ini diproduksi
beberapa pihak sebagai
alternatif pengganti smps
yang banyak ditemukan di
pasaran (penulis sebut Robot
Terminator).

Sedangkan
skema smps yang dimaksud
sebagai berikut :

Cara kerja rangkaian :

1. Tegangan AC220V yang
masuk melalui Line Filter yang
terdiri dari C1, R2 dan T1.
kemudian disearahkan dan
difilter oleh rangkaian Main
Rectifier yang terdiri dari D1,
D2, D3, D4, C2, C3, C4, C5 dan
EC1. Setelah melalui rectifier
ini, tegangan menjadi DC
308V. D1 s/d D4 banyak
dijumpai dalam bentuk Bridge
Diode (dioda kotak 4 kaki).

2. Setelah tegangan EC1
cukup, R3 dan R4 berlaku
sebagai rangkaian StartUP
circuit yang memberikan
tegangan startup/pemicu yang
cukup untuk menswitch Q3
(main switcher). Ketika Q3
mendapatkan tegangan
pemicu, Q3 akan menswitch/
mengkonsletkan lilitan primer
trafo. Menswitch tidak secara
konstan (hanya sesaat) karena
rangkaian snubber (R12, C9)
akan segera me-
demagnetisasi trafo.

3. Karena trafo dengan segera
ter-demagnetisasi, muncul
tegangan induksi dari lilitan
sekunder trafo (S1 dan S2).
Tegangan dari S2 menswitch
Q3 melalui D5, C8 dan R11.
Pada waktu yang bersamaan,
tegangan pada S1 disearahkan
oleh D7 dan difilter oleh C6
(menghasilkan tegangan sebut
saja VS).

4. Karena Q3 kembali diswitch
lagi, magnetisasi dan
demagnetisasi berulang lagi
dan seterusnya, disebut
rangkaian berosilasi.
Komponen-komponen yang
berperan dalam osilasi adalah
C8 dan R11. Osilasi yang
terjadi mempunyai bentuk
pulsa yang tidak terkendali
(semakin menyempit ukuran
pulsanya karena efek
magnetisasi dan
demagnetisasi = tegangan
output semakin mengecil).
Untunglah ada VS (tegangan
dari S1 yang telah disearahkan
dan difilter).

5. Tegangan VS tersebut
dipakai untuk membuat
tegangan referensi dengan
menggunakan ZD1 dan R8,
dan dipakai untuk sensor
utama tegangan output
sekunder trafo.

6. Tegangan VS dimasukkan
dalam rangkaian Error Amp
(R5, VR1, R6, R7, R8 dan Q1).
Cara kerja Error Amp ini
adalah dengan
membandingkan VS dengan
VREF (tegangan pada emitor
Q1) menggunakan Q1. Jika VB
lebih tinggi dari VE maka Q1
tidak akan menghantar,
akibatnya Q2 tidak
menghantar (dorongan/bias
basis Q3 dikurangi/diputus),
sehingga Q3 kembali ke posisi
menyempitkan pulsa
osilasinya. Akhirnya tegangan
pada sekunder trafo akan
turun. Sebaliknya, jika VB
lebih rendah dari VE, Q1 akan
menghantarkan tegangan dari
emitor (VREF) menuju ke
kolektor, sehingga Q2 menjadi
terdorong dan ‘menahan’ bias
Q3. Karena bias Q3 sedikit
tertahan, pulsa akan melebar
dan akhirnya tegangan
sekunder akan naik.

7. Untuk menghindari
‘ penaikan otomatis’ secara
berlebihan yang dilakukan
oleh Error Amp, pada
rangkaian tersebut dilengkapi
dengan R9 dan D6 yang
berfungsi sebagai Voltage
Limiter (atau sering disebut
Over Voltage Protection).
Cara kerjanya adalah dengan
cara membandingkan output
dari error amp dengan pulsa
negatif trafo.

8. Ketika beban meningkat,
magnet dalam trafo akan
lebih cepat terserap oleh
beban, sehingga output
sekunder menjadi turun.
Ketika memasuki tahap ini,
rangkaian Error Ampnya akan
segera menyesuaikan dan
mempertahan output dari
smps, begitu juga sebaliknya.

9. Akhirnya, tegangan
sekunder lainnya disearahkan
oleh fast rectifier dan dipakai
sebagai output dari sistem
smps ini yang terisolasi dari
jala-jala listrik.
Tips Perbaikan
Setelah mengetahui cara kerja
rangkaian ini, metode
perbaikannya secara umum
dapat diterapkan pada smps-
smps transistor jenis lainnya.


Sedangkan tipsnya sebagai
berikut :

1. Mencoba/mengetes smps
sebaiknya menggunakan cara
mengetes smps seperti yang
diulas dalam artikel Cara
Aman Mengetes Power Supply
(SMPS).

2. Lepaskan trafo, kemudian
tes semua komponen-
komponen yang terdapat pada
bagian primer termasuk
dioda-dioda penyearah pada
sekunder trafo. Cek juga
apakah ada beban yang
konslet. Jika ditemukan beban
yang konslet, perbaiki dulu
yang konslet tersebut baru
lanjutkan kembali ke bagian
smps.

3. Ganti komponen-komponen
yang rusak dengan nilai yang
sama, untuk transistor, dapat
menggunakan tipe lain dengan
catatan sama
karakteristiknya.

4. Jika dirasa beres semua,
kembalikan trafo kemudian
silahkan dicoba smpsnya.


Troubleshooting

1. Tidak bisa start : cek
resistor startup, cek R10, cek
tegangan B+308V, cek R8 dan
C11, cek rangkaian snubber,
cek line filter (pada beberapa
jenis merk tv).

2. Tegangan tidak bisa
terkunci/tidak stabil : cek elko
EC1, cek error amp (lebih-
lebih pada VR-nya), cek D7
dan cek semua transistor.

3. Transistor final panas
berlebihan : cek transistor
final, cek snubber, cek EC1,
cek trafo.

4. Efek pump out : cek
hubungan ground pada
sekunder trafo (non hot area)
antara tegangan yang
mensuplai audio amplifier dan
ground lainnya, umumnya ada
elko, cek elko tersebut. Efek
pump out adalah efek yang
ditimbulkan oleh getaran
audio/penarikan daya oleh
sistem audio, lebih terasa jika
volume dinaikkan.


Beberapa kekurangan dari
SMPS jenis ini

1. Smps jenis ini kurang
mendukung green mode atau
power saving, yaitu
penggunaan arus yang masih
lumayan tinggi keadaan
standby.

2. Sistem proteksi yang
kurang, tidak ada OCP (over
current protection).

3. Regulation speed yang
sedikit lambat karena
tegangan yang disensor bukan
tegangan output yang dipakai
langsung oleh beban.

AUDIO OUTPUT TV WARNA


BLOK 4 AUDIO OUTPUT

Sinyal audio yang dihasilkan
oleh blok SIF tidak dapat
langsung di umpankan ke
speaker. Sinyal tersebut harus
melalui tahap-tahap
penguatan, pemrosesan,
limiting dan filtering yang
cukup. Tujuan pemrosesan
sinyal audio tersebut untuk
menjamin bahwa audio yang
dihasilkan masih dalam skala
yang mudah ditangkap oleh
telinga secara natural, jadi
semakin natural semakin
bagus sistem audio dari
perangkat televisi.
Sedangkan fitur-fitur
tambahan seperti sub woofer,
surround, pengatur nada dan
lain-lain hanya sebatas
kosmetik dari suatu produk.
Meskipun bertujuan sebagai
kosmetik, aspek-aspek
naturalnya sangat
dipertahankan. Dua sistem
audio pada televisi yang sering
ditemui adalah sistem audio
mono dan stereo. Pada sistem
stereo, ada yang mengkloning
bagian kanan/kiri dengan
input mono, ada juga yang
murni stereo. Sistem NICAM
adalah salah satu contoh
sistem stereo murni pada
perangkat televisi yang output
dari SIF-nya sudah stereo yang
kemudian diproses hingga ke
speaker dengan menggunakan
perangkat yang balance.

Sound Processor (pengatur
nada, efek, subwoofer, AVL)
Seperti halnya sistem audio
pada umumnya, pada TV juga
sering ditemui blok yang
berfungsi sebagai pengatur
nada, efek (surround) dan
subwoofer. IC tipe AN5891K
merupakan salah satu IC
prosesor audio stereo yang
ditargetkan penggunaannya
untuk perangkat televisi. Di
dalam IC tersebut sudah
terdapat fasilitas pengatur
nada (bass, treble), volume,
super bass (sub woofer), efek
(surround) dan AVL.

Semua
fitur ini dikontrol melalui bus
I2C oleh IC program.
Banyak sekali type-type IC
yang berfungsi serupa dengan
fitur-fitur yang hampir sama
juga, misalnya TA1343N,
LV1116N (ada tambahan swith
audio input), TA7630P (hanya
volume, balance dan tone,
kontrol analog), TDA7429 dan
lain-lain. Kerusakan-
kerusakan yang sering terjadi
pada IC prosesor ini adalah
output lemah atau tidak ada
dan terdistorsinya audio
dengan aktifitas bus data I2C
(misalnya terdengar suara tik-
tik-tik ketika sedang menaik-
nurunkan volume).

Hampir sebagian besar IC-IC
prosesor yang dikontrol
dengan bus data mempunyai
fasilitas AVL (automatic voice
leveling) yang berfungsi
sebagai audio AGC.
Amplifier dan Speaker
Desain-desain pada sistem
audio TV mono pada
umumnya tidak menggunakan
pengatur nada, yang ada
hanya pengatur volume saja.
Pengatur volume ini dapat
ditemukan dibagian IF dan
kadang juga ada yang
dibagian amplifier (misalnya
AN5265).
Pin4 IC tersebut merupakan
pin masukan kontrol volume,
semakin tinggi tegangan yang
masuk ke pin tersebut,
semakin besar penguatannya.
Untuk mendukung muting,
pin3 berfungsi sebagai muting
input.

Dalam desain audio amplifier
pada perangkat televisi yang
sangat dihindari adalah efek
pump-out yang buruk. Efek ini
ditimbulkan karena amplifier
menarik banyak daya dari
power supply, sehingga dapat
mengganggu supply tegangan
untuk blok-blok yang lain
dalam TV. Umumnya efek
pump-out ditandai dengan
berkendutnya layar/gambar
dengan irama mengikuti suara
speaker, semakin keras suara,
semakin terasa perubahan
gambarnya.

Dari sekian banyaknya blok-
blok dalam TV, audio
amplifier merupakan salah
satu blok yang paling rakus
terhadap daya jadi desain
amplifier dituntut untuk
sehemat mungkin penggunaan
dayanya hingga tidak
menimbulkan efek pump-out
yang signifikan.
Tegangan kerja dari amplifier
dan impedansi speaker sering
ditemukan dalam nilai yang
lumayan tinggi, yaitu sekitar
12 s/d 20V dan impedansi
speaker 16 ohm, hal ini
dimaksudkan untuk menjaga
supaya kualitas output dari
sistem amplifier seperti yang
dikehendaki (natural dan
cukup keras) dengan
penggunaan daya yang seirit
mungkin. Coba bandingkan
dengan daya amplifier radio-
tape compo, misalnya
tegangan 12V dengan beban
speaker 4 ohm.

Selain dengan desain amplifier
yang ekstra hemat daya
tersebut, efek pump-out juga
dikurangi dengan pengaturan
sistem grounding. Yaitu
dengan membuat jalur supply
yang terpisah dari blok-blok
yang lain, pengaturan ini
sangat rumit karena
melibatkan desainer jalur pcb
yang tidak dengan
dihubungkan begitu saja
terhadap groundnya blok yang

Cara Menyolder Yang Baik

Kualitas sambungan solder tergantung pada beberapa faktor, antara lain alat solder yang digunakan, keahlian menyolder ,jenis timah solder dan bidang yang digunakan untuk menyolder.
solder Teknik Menyolder Yang BaikSolder yang digunakan hendaknya sesuai dengan komponen yang akan disolder karena akan berpengaruh terhadap kelancaran aliran timah solder cair, atau dikenal dengan istilah wetting, yaitu kemampuan timah solder cair untuk membasahi permukaan benda yang disolder. Tentu saja, semakin lancar aliran timah solder cair, semakin mudah bagi timah solder cair untuk membasahi permukaan benda yang disolder, sehingga sambungan solder yang dihasilkan menjadi lebih baik. Sebaliknya, aliran yang tidak baik akan menghasilkan sambungan solder yang lebih tebal atau jika terlalu parah malah membentuk gumpalan timah solder yang tidak menempel, tentu saja sambungan seperti ini jelek.
timah solder Teknik Menyolder Yang BaikJenis timah solder yang digunakan juga ikut berpengaruh, ukuran diameter kawat timah solder yang tepat ditentukan oleh besar kecilnya sambungan solder yang dikerjakan / tergantung komponen. Sambungan solder yang kecil, seperti untuk komponen SMD, hanya membutuhkan sedikit timah solder. Agar jumlah timah solder yang dilelehkan dapat diatur dengan akurat dan menghindari kelebihan timah solder yang dapat menjembatani sambungan solder yang rapat, timah solder yang digunakan haruslah mempunyai diameter kawat kecil, yaitu 0,4mm – 0,5mm. Kalau di TV mungkin agak jarang digunakan, paling hanya untuk IC MICOM saja,…terkecuali untuk TV yang sudah menggunakan modul seperti LCD / plasma TV.
Begitupun sebaliknya, jika sambungan solder yang dikerjakan berukuran besar, agar dapat melelehkan lebih banyak timah solder dengan cepat, sebaiknya menggunakan timah solder dengan diameter kawat lebih besar, yaitu 0,8mm – 1mm (flyback / Tr power)
Untuk komponen standar, dapat digunakan timah solder dengan diameter kawat 0,5mm -0,8mm, sesuai dengan kebiasaan atau persediaan yang ada (resistor / kapasitor / diode).
Berikut ini beberapa tips cara meyolder yang baik :
  • Pastikan permukaan tembaga PCB mengkilap, jika buram maka amplaslah dengan amplas yang halus
  • Hilangkan karat pada kaki komponen dengan mengeriknya hingga mengkilap, adanya karat pada kaki komponen ditandai dengan tidak mengkilapnya kaki komponen
  • Saat menyolder, tempelkan solder pada tembaga PCB (jangan terlalu lama) kemudian tempelkan timah pada solder secukupnya, tunggu hingga timah mencair dan menyebar
  • Segera setelah timah menyebar di seluruh daerah solder, jauhkan solder dan tunggu hingga timah dingin dan anda yakin kaki komponen tersebut bersatu dengan jalur pada pcb (printed circuit board).
teknik menyolder Teknik Menyolder Yang Baik
Dan berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyolder :
  • Perhitungkan waktu menyolder tiap tiap komponen, usahakan untuk peyolderan komponen semikonduktor ( Tr kecil , IC , Diode) dilakukan secepat mungkin untuk menghindari komponen overheat, karena komponen jenis ini sangat rentan.
  • Berhati-hatilah dalam menyolder sebab panas yang ditimbulkan solder dapat merusak komponen bila menerima panas yang belebihan, kembali lagi kepada berapa daya / watt solder yang anda miliki, sesuaikan dengan jenis komponen.
  • Gunakanlah timah yang mudah meleleh, selalu perhatikan diameter timah yang digunakan.
  • Gunakan solder yang memiliki penyangga agar lebih aman.
Seringkali komponen tidak menempel dengan timah padahal solder sudah cukup panas, bisa jadi mata solder nya kotor sehingga panas yang dialirkan ke timah menjadi terhambat. Untuk membersihan mata solder, tentu saja ada caranya yaitu panaskan dulu soldernya, setelah itu digosok perlahan dengan spons besi sampai bersih. Kalau tidak ada spons besi, dapat dicoba dengan sabut nilon basah. Setelah itu diusap ke spons basah dan dilapisi dengan timah solder. Ulang terus sampai timah solder dapat melapisi mata solder dengan sempurna.
membersihkan mata solder Teknik Menyolder Yang Baik
Membersihkan mata solder
Untuk solder baru yang biasanya mengkilap, perlu waktu untuk dapat melapisi dengan baik. Begitu juga solder yang matanya kotor. Tetapi setelah berhasil, biasanya akan mudah untuk mempertahankan lapisan timah yang bagus, cukup dengan sering mengusapkan mata solder ke spons basah ketika sedang dipakai….

 Contoh Solderan yang buruk